Rabu, 02 Mei 2012

Sejarah Masuknya Islam di Thailand

BAB I
PEMBAHASAN


A.    Sejarah Masuknya Islam di Thailand
Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan thailand. Hubungan mereka dengan masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri kezaman kerajaan ayyuthaya. Kedatangan Islam di negeri muangthai telah terasa pada masa kerajaan sukhathai di abad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibangun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula pada dua orang bersaudara dari Persia, yaitu Syeikh Ahmad dan Muhammad Syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen (suatu cabang mazhab syiah), menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya sebagai pengganti kerajaan Shukhotai setelah yang terakhir ini runtih pada abad ke-14, Islam telah memiliki kekuatan politik yang sangat besar. Perdagangan merupakan perintis proses islamisasi dan perkembangan politik kerajaan-kerajaan maritim diwilayah kepulauan di abad ke-15, 16 dan 17. Perdagangan juga pulalah yang merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayuthaya.

B.     Perkembangan Islam di Thailand
Sekelompok Islam lainnya, yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini sekarang tinggal di empat provinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiluat, dan Satul. Juga termasuk bagian dari provinsi Shongkala. Seluruh provinsi ini dahulunya masuk wilayah kerajaan Pattani pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotai berdiri. Mereka adalah ras melayu yang hingga kini masih mempertahankan bahasa serta budaya melayu dalam praktik kehidupan sehari-hari. Disebut dalam sejarah bahwa kerajaan Pattani merupakan salah satu negara yang makmur dan berpengaruh di asia tenggara. Daerah ini merupakan wilayah muda di negara Thailand, baik secara politik maupun administratif. Pencaplakan yang dilakukan oleh kerajaan Thailand telah melahirkan masalah utama mengenai minoritas muslim di Thailand. Orang-orang muslim yang berasal dari Pattani yang dibawa ke Bangkok oleh tentara Thailand sebagai tawanan peran pada masa awal perang pertama dan kedua. Dan orang-orang inilah kemudian menjadi bagian utama masyarakat Islam di Thailand Tengah dan sebahagian dari mereka tetap memelihara budaya dan bahasa mereka.[1]
Karena faktor keberadaan muslim di selatan. Persoalan etnis muslim muncul dan senantiasa menjadi perhatian utama bagi kelompok mayoritas. Interaksi serta perjuangan sejarah yang panjang antara umat Islam di Selatan dan penguasa Thailand telah memunculkan beberapa keputusan serta kewaspadaan pemerintah untuk setuju dan sekaligus menentang keberadaan umat islam sebagai kelompok. Namun pada sisi lain pemerintah memberikan kebebasan secara penuh dengan tanpa membedakan satu agama dari agama lain. Namun secara implisit dan eksplisit pemerintah juga memberlakukan kebijakan untuk mengurangi sistem kebebasan beragama tersebut. Dan ini dianggap sangat merugikan kalangan muslim dibagian selatan.
Kelompok umat Islam ketiga berasal dari sebelah utara, yang dikenal sebagai orang cina ho. Meskipun jumlahnya tidak banyak, mereka memiliki konstribusi yang sangat besar dalam perdagangan khususnya di Provinsi Chiangmai. Selain Cina Ho, diutara juga terdapat kelompok Islam lain yang berasal dari ras India atau pathan yang juga bergerak secara luas dalam dunia perdagangan.
Dengan demikian, secara historis kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya muangthai dikenal secara luas sebagai negara yang mengalami perkembangan yang sangat cepat dibidang ekonomi sosial-budaya. Sementara itu, komunitas muslim merupakan komunitas minoritas yang secara umum dianggap salah satu yang paling konservatif dan tradisional dari masyarakat Thai sehubungan dengan lingkungannya yang sedang mengalami perubahan. Untuk itu religio  kultural merupakan identitas yang paling penting dalam jaringan hubungan umat islam dan budha di Thailand. Karena perkembangan dan dinamisasi masyarakat muslim Thailand banyak diwarnai oleh masalah tersebut.[2]
Islam sebagai agama minoritas banyak mendapat tekanan dari pemerintah dan masyarakat secara mayoritas beragama Buddha. Masyarakat muslim di Thailand bukanlah masyarakat yang homogen dan menggunakan istilah Thai-Islam atau Thai-Muslim. Orang melayu merupakan mayoritas etnis dikalangan masyarakat muslim, dan etnis lainnya yang beragama Islam adalah haw, jawa, sam-sam, bawean, pathan, punjab, tamil, bengali, slam dan lainnya. Secara politis kaum muslim melayu adalah kelompok yang kuat, karena mereka hidup di daerah yang berdekatan dengan malaysia dan tetap memiliki budaya melayu. Kelompok muslim non-melayu berasimilasi dengan masyarakat Thai secara linguistik dan bisa dibedakan secara tajam dari masyarakat Thai lainnya, kecuali tentu saja dibidang pelaksanaan praktik keagamaan.

C.    Lembaga-Lembaga Islam di Thailand
Gerakan dakwah yang terus dilancarkan umat Islam diselatan mengenai kebebasan dan otoritas beragama menghasilkan beberapa konsesi yang diberikan oleh pemerintah dan akhirnya terbentuk organisasi-organisasi Islam yang menjadi corong kegiatan umat secara nasional yang mendapatkan legal dari pemerintah organisasi tersebut meliputi:
1.      Kantor chularajamantri atau shaikhul islam. Kantor ini dianggap sebagai kantor  tertinggi masyarakat muslim Thailand. Kantor ini terdiri dari 26 provinsi yang memiliki banyak penduduk muslim. Chula yang dipilih harus mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari raja. Posisi chularazamontri, lebih memiliki kekuatan simbolis administrasi ketimbang kekuatan yang sebenarnya karena badan ini hanya berfungsi sebagai konsultan Departemen Agama dari kementrian pendidikan, sejauh hubungan dengan Islam. Sampai tingkat tertentu kepemimpinan informalnya cukup diakui dan dipakai. Dia menyelesaikan konflik agama dalam masyarakat Islam, dan memimpin fungsi-fungsi agama pada tingkat nasional, bahkan dia memberikan fatwa bila terdapat persoala yang menyangkut umat Islam dan negara. Akan tetapi, bagaimanapun keputusannya tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat atau legal, kecuali negara mengesahkan keputusan tersebut.
2.      Komite Islam nasional, lembaga ini dimaksudkan sebagai lembaga tertinggi untuk urusan administrasi Islam di Thailand. Di ketahui secara ex-officio oleh chularajamontri Islam di thailand, komite terdiri dari 26 kepala komite Islam propinsi dan beberapa individu yang ditunjuk.
3.      Komite masjid. Ini adalah komite setiap masjid yang diketahui oleh imam yang diseleksi dan dipilih oleh segenap anggota masyarakat. Sesuai dengan jumlah mesjid yang ada di Thailand.
4.      Komite Islam Provinsi. Merupakan komite di setiap provinsi yang memiliki banyak penduduk muslim. Anggotanya dipilih dari banyak imam yang salah satu anggotanya dijadikan ketua.

Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah Thailand lebih akomodatif dalam memberikan kebijakan kepada masyarakat muslim. Masyarakat diberi kebebasan dalam menjalankan ibadah. Pemerintah menyediakan dana untuk membantu mereka dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Kaum muslimin juga diperbolehkan melaksanakan dakwah, membentuk organisasi, dan mengelola penerbitan literatur keagamaan yang sekarang sedang tumbuh. Meskipun demikian, kaum muslimin sendiri tidak bebas dari perpecahan. Ada empat kelompok yang mengklaim dirinya sebagai pihak yang mewakili kepentingan masyarakat muslim, yaitu chularajamontri, sebuah kelompok yang didukung negara, kelompok modernis yang menerbitkan jurnal Al-Jihad, kelompok Ortodoks yang menerbitkan Al-rabitah, dan kelompok muslim melayu tradisional didaerah selatan yang menentang kepemimpinan chularajamontri, namun menolak disebut sebagai rival al-Jihad Al-Rabitah. Lepas dari itu semua, secara keseluruhan, komitmen terhadap Islam sedang tumbuh dikalangan muslim muangthai, meskipun pihak pemerinth akhir-akhir ini cukup represif memperlakukan kaum muslimin terutama dibagian selatan.























BAB II
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kedatangan Islam di Thailand telah terasa pada masa pemerintahan kerajaan sukhatai diabad XIII M. Perdagangan merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayyuthaya. Peran orang-orang muslim sebagai mentri dan saudagar yang dekat dengan raja menjadikan mereka kelompok yang berpengaruh diistana.
Kelompok Islam di Thailand, yang menjadi penduduk dinegeri ini sekarang tinggal di tempat provinsi dibagian selatan, yaitu Pattani, yala, Naratiwat, dan satul. Juga termasuk bagian di provinsi Shongkala. Dengan demikian, secara historis kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya Muangthai dikenal secara luas. Dengan periode pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi, muangthai juga mengalami perkembangan yang sangat cepat dibidang ekonomi sosial-budaya.













DAFTAR PUSTAKA


Ilaihi Wahyu, Hefni Harjani. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: Kencana. 2007.

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2004.


[1]  Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni "Pengantar Sejarah Dakwah" (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 161-164
[2]  Ajid Thihir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004)